Pembuatan alat bantu dengar – Pada saat manusia-manusia maju mulai menciptakan perangkat atau alat-alat pengobatan, titik pusat penciptaan kemudian berfokus pada peningkatan penglihatan dan suara. Keduanya dibuat untuk membantu orang-orang dengan cacat bawaan dan untuk meringankan kondisi melemahnya indera yang terjadi karena usia. Meskipun teknologi maju hanya mampu membuat perbaikan-perbaikan tambahan guna membantu penglihatan selama seribu tahun terakhir ini. Dengan teknologi lensa yang kemudian berpindah dari cermin atau kaca dalam bingkai ke lensa kontak, ilmu pengetahuan modern telah mengambil langkah besar guna meningkatkan pendengaran. Hanya dalam jangka waktu seratus tahun, alat bantu dengar telah berubah dari yang berbentuk terompet telinga menjadi alat bantu dengar yang hampir tidak terlihat tapi sangat berguna, terutama implan koklea yang jumlah pembuatannya semakin meningkat.
Era teknologi modern dimulai pada akhir tahun 1870-an yang diawali dengan penemuan fonograf oleh Alexander Graham Bell. Perangkat pertama benar-benar berbentuk telepon dengan baterai yang terpasang. Pada saat itu pemancar karbon diperkecil agar bisa menggunakan arus listrik lemah sehingga mudah untuk dibawa atau dipindakan. Tetapi tetap saja ukurannya masih terlalu besar untuk disimpan di dalam tas. Perbaikan dan kemajuan yang beragam datang bersamaan dengan teknologi penguat suara dan tabung vakum. Menawarkan daya lebih dan ukuran yang lebih kecil, tapi “lebih kecil” di sini berarti “memiliki berat beberapa pon.”
Sejarah Pembuatan Alat Bantu Dengar
Setelah terjadinya Perang Dunia II, revolusi transistor membawa perubahan besar pada teknologi. Dengan miniaturisasi yang mengijinkan terjadinya penciptaan alat bantu dengar modern yang sesungguhnya. Secara kebetulan, alat-alat bantu dengar tersebut berasal dari Bell Labs, pencetus perangkat yang mengawali semua ini. Menggantikan tabung vakum dengan transistor yang tidak hanya kecil dan ringan, tapi juga tidak terlalu panas, memiliki baterai tahan lama, dan mengurangi distorsi. Sayangnya, transistor-transistor tersebut hanya mampu bertahan beberapa minggu. Beberapa model berbasis transistor terus diperdagangkan.
Penelitian berlanjut dengan memperlihatkan bahwa permasalahan yang terjadi berasal dari panas tubuh dan keringat manusia. Mengakibatkan unit-unit terbakar dan menyebabkan semua model berbasis transistor memakai komponen pelapis dan kemungkinan penambahan pemancar silikon. Perbaikan terus dilakukan sampai pada akhir tahun 50-an ketika IC, atau sirkuit terpadu, mulai menggantikan transistor yang bahkan menyediakan miniaturisasi lebih besar dan daya baterai. Meskipun menawarkan banyak keuntungan, penemuan ini hanya efektif untuk gangguan pendengaran jenis tertentu dan biasanya masih membutuhkan sebuah unit yang terdiri dari beberapa bagian. Walau komponennya sudah cukup kecil untuk dipasang pada kacamata atau barang-barang pribadi serupa.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.